Little diary about newbie blogger writer.

Pages

Tuesday, September 15, 2015

When God talks, He care.

Untuk pertama kalinya, aku disentuh Tuhan untuk melepaskan apa yang aku inginkan demi Dia.
Kalian pasti sering dengar istilah memikul salib’ atau ‘menyangkal diri saat mengikut Tuhan. Ya, aku pun sudah beberapa kali merasakan itu di sepanjang jalan hidup aku sampai sekarang. Tapi jujur saja, ini pertama kalinya aku benar-benar merasakan sulitnya "memikul salib" itu. Dan post ini, aku buat dengan hati yang hancur di hadapan Tuhan.

Aku ingin share, bagaimana aku merasakan Tuhan berbicara kepadaku dan mengetuk pintu hati aku. Tuhan ingin hubungan percintaanku memuliakan namaNya. Guys, aku pun sama seperti kalian, beberapa kali merasakan suka kepada satu lawan jenis dan pernah mencoba menjalani hubungan dengan beberapa dari mereka. Namun untuk cerita yang satu ini, jujur saja aku rasa akan aku ingat sampai aku mati. Aku di tegur lewat keluargaku, thanks God i'm so blessed to have them.

Awal rasa suka itu sama seperti yang aku rasakan sebelum-sebelumnya. Aku mengalami ketertarikan lebih kepadanya dan jujur saja rasa itu mengalir begitu saja seiring dengan chat kami setiap harinya. Aku tahu, Tuhan sayang padaku dan padanya, karena itu malam hari itu aku mengalami teguran keras dari mama dan kakak perempuan paling besar. Tuhan menunjukkan bagaimana Dia ingin aku menjalani hubungan yang sesuai dengan apa yang Dia mau dan jelas, semata-mata untuk kemuliaan Dia. Dan malam itu, aku mendapat tamparan keras, Tuhan benar-benar menyadarkan aku apa yang sedang aku lakukan sekarang. Aku sadar, dan aku merasa pikiran aku terbagi menjadi dua. Di satu sisi aku tentu mengasihi Dia yang menciptakan aku, dan tentu, aku mau jalan bersamaNya disetiap langkah aku. Tapi di satu sisi rasa tertarik aku padanya pun sudah cukup besar begitu pun dia, dan aku sedih ketika menyadari aku harus menghancurkan hatinya. Namun aku tahu, Tuhan mengasihi kami berdua dan Dia ingin aku yang mengambil keputusan.

"Jika belum terpikir untuk menikah, jangan terlibat serius dalam hubungan percintaan", kira-kira seperti itulah kalimatnya. Aku dapat kalimat ini dari buku: I Kissed Dating Goodbye. Jelas aku tahu bahkan pada waktu aku baru mengenalnya, kami tidak mungkin sampai tahap menikah. Tapi aku lemah, aku terlena dengan kebaikan dia, dengan peduli dia, dan aku menikmati itu. Ada rasa ingin mempunyai didalam hati aku, tapi di satu sisi aku sadar aku salah. Kakak perempuanku mengingatkan aku bahwa aku berdosa ketika mempermainkan hati lawan jenisku yang aku tahu benar bahwa kami semata-mata hanya 'menikmati' perasaan kami tanpa menjalin hubungan serius sampai tahap pernikahan. Kakak perempuanku juga memberitahu bahwa ketika aku menjalin hubungan dengan lawan jenis, maka satu serpihan dari hatiku aku berikan kepadanya. Semakin banyak aku menjalin hubungan dengan lawan jenis, maka semakin banyak serpihan-serpihan yang ku berikan dan dengan begitu hati yang aku berikan untuk suamiku nanti tidak utuh lagi, karena telah banyak serpihan-serpihan yang terambil. Dia juga memberitahu aku bahwa penting mempunyai pasangan hidup yang takut akan Tuhan, baik dan peduli saja tidak cukup karena orang duniawi pun banyak yang seperti itu. Ketika seseorang menghadapi masalah yang berat, orang itu harus takut akan Tuhan baru bisa mendapat kekuatan dari Tuhan dalam melewati segala masalahnya. Dan dari sini aku tahu, hubunganku ini dosa.

Aku tahu aku salah seperti ini, dan sebelum Tuhan menegur aku, sempat terlintas ide gila kalau aku mau 'backstreet' dengannya. Namun lagi-lagi, Tuhan mengasihi aku dan mengingatkan aku. Maka, dengan kekuatan dari Tuhan, aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan aku dengannya. Sulit? Sangat. Aku mengasihi Tuhan dan aku tahu jelas Tuhan pun mengasihi aku dan mengasihinya. Aku tidak ingin aku berdosa bermain-main dengan hatinya dan aku juga tidak ingin dia pun berdosa bermain-main dengan hatiku. Aku pun mengasihinya, aku ingin dia tahu bahwa aku menyerahkan perasaanku ini kepada Tuhan. Jujur, aku pun tidak sanggup sendiri menanggung hatiku yang hancur ini.

Aku pernah sekali menjalani hubungan sebelum dengannya saat ini, tetapi pada waktu itu entah mengapa aku menutup telingaku dari suara Tuhan. Dan suara Tuhan tidak jelas sampai di hati dan pikiran aku saat itu. Namun untuk hubungan yang sekarang, aku telah dengan jelas mendengar teguran Tuhan lewat keluargaku dan tidak mungkin tentu saja jika aku mengabaikanNya hanya untuk kepuasan dagingku sendiri. Aku tentu tidak ingin mengecewakan Tuhan. Aku tahu akan ada banyak pihak yang menuding aku buruk, akan ada banyak pihak yang tidak setuju dengan keputusanku. Tidak apa, bukankah hikmat dari Tuhan merupakan kebodohan bagi dunia? (1 Korintus 3:19). Aku akan anggap ini sebagai satu lagi ‘pikulan salib’ dari Tuhan.

Aku dapat merasakan Tuhan tersenyum melihat keputusanku ini, betapa aku mengambil keputusan yang tidak mudah dan aku tahu Tuhan pun merasakan bagaimana sulitnya aku melepaskannya demi kemuliaan Dia yang nyata dalam hidup aku.
Ya Bapa, aku mengasihinya dan melepaskannya sangat sulit aku rasakan. Bantu beri aku kekuatan karena aku tidak bisa sendiri dengan kekuatanku, berikan aku damai dan biarlah Engkau yang menjaga memulihkan hatinya.


Tepat hari ini, tanggal 15 September 2015, aku melepaskan dia dari hidup aku.

2 comments:

  1. dan gue gak pernah tau siapa sosok pria yg lu ceritain ini !
    GAK CERITA2 ! OKE FINE !

    ReplyDelete
    Replies
    1. buset ampun mak wkwkkw
      iye iye ntar ya kalo ketemu gua cerita ci
      gua pasti cerita woooiiiii

      Delete