Untuk pertama kalinya,
aku disentuh Tuhan untuk melepaskan apa yang aku inginkan demi Dia.
Kalian pasti sering
dengar istilah ‘memikul salib’ atau ‘menyangkal diri’ saat mengikut Tuhan. Ya, aku pun sudah beberapa
kali merasakan itu di sepanjang jalan hidup aku sampai sekarang. Tapi jujur
saja, ini pertama kalinya aku benar-benar merasakan sulitnya "memikul
salib" itu. Dan post ini, aku buat dengan hati yang hancur di hadapan
Tuhan.
Aku ingin share,
bagaimana aku merasakan Tuhan berbicara kepadaku dan mengetuk pintu hati aku. Tuhan
ingin hubungan percintaanku memuliakan namaNya. Guys, aku pun sama seperti kalian, beberapa kali merasakan suka
kepada satu lawan jenis dan pernah mencoba menjalani hubungan dengan beberapa
dari mereka. Namun untuk cerita yang satu ini, jujur saja aku rasa akan aku
ingat sampai aku mati. Aku di tegur lewat keluargaku, thanks God i'm so blessed to
have them.
Awal rasa suka itu sama
seperti yang aku rasakan sebelum-sebelumnya. Aku mengalami ketertarikan lebih
kepadanya dan jujur saja rasa itu mengalir begitu saja seiring dengan chat kami
setiap harinya. Aku tahu, Tuhan sayang padaku dan padanya, karena itu malam
hari itu aku mengalami teguran keras dari mama dan kakak perempuan paling
besar. Tuhan menunjukkan bagaimana Dia ingin aku menjalani hubungan yang sesuai
dengan apa yang Dia mau dan jelas, semata-mata untuk kemuliaan Dia. Dan malam
itu, aku mendapat tamparan keras, Tuhan benar-benar menyadarkan aku apa yang
sedang aku lakukan sekarang. Aku sadar, dan aku merasa pikiran aku terbagi
menjadi dua. Di satu sisi aku tentu mengasihi Dia yang menciptakan aku, dan
tentu, aku mau jalan bersamaNya disetiap langkah aku. Tapi di satu sisi rasa
tertarik aku padanya pun sudah cukup besar begitu pun dia, dan aku sedih ketika menyadari aku harus
menghancurkan hatinya. Namun aku tahu, Tuhan mengasihi kami berdua
dan Dia ingin aku yang
mengambil keputusan.
"Jika belum
terpikir untuk menikah, jangan terlibat serius dalam hubungan percintaan",
kira-kira seperti itulah kalimatnya. Aku dapat kalimat ini dari buku: I Kissed
Dating Goodbye. Jelas aku tahu bahkan pada waktu aku baru mengenalnya, kami
tidak mungkin sampai tahap menikah. Tapi aku lemah, aku terlena dengan kebaikan
dia, dengan peduli dia, dan aku menikmati itu. Ada rasa ingin mempunyai didalam
hati aku, tapi di satu sisi aku sadar aku salah. Kakak perempuanku mengingatkan
aku bahwa aku berdosa ketika mempermainkan hati lawan jenisku yang aku tahu
benar bahwa kami semata-mata hanya 'menikmati' perasaan kami tanpa menjalin
hubungan serius sampai tahap pernikahan. Kakak perempuanku juga memberitahu
bahwa ketika aku menjalin hubungan dengan lawan jenis, maka satu serpihan dari
hatiku aku berikan kepadanya. Semakin banyak aku menjalin hubungan dengan lawan
jenis, maka semakin banyak serpihan-serpihan yang ku berikan dan dengan begitu
hati yang aku berikan untuk suamiku nanti tidak utuh lagi, karena telah banyak
serpihan-serpihan yang terambil. Dia juga memberitahu aku bahwa penting
mempunyai pasangan hidup yang takut akan Tuhan, baik dan peduli saja tidak
cukup karena orang duniawi pun banyak yang seperti itu. Ketika seseorang
menghadapi masalah yang berat, orang itu harus takut akan Tuhan baru bisa
mendapat kekuatan dari Tuhan dalam melewati segala masalahnya. Dan dari sini aku tahu, hubunganku ini dosa.
Aku tahu aku salah
seperti ini, dan sebelum Tuhan menegur aku, sempat terlintas ide gila kalau aku
mau 'backstreet' dengannya. Namun lagi-lagi, Tuhan mengasihi aku dan
mengingatkan aku. Maka, dengan kekuatan dari Tuhan, aku memutuskan untuk
mengakhiri hubungan aku dengannya. Sulit? Sangat. Aku mengasihi Tuhan dan aku
tahu jelas Tuhan pun mengasihi aku dan mengasihinya. Aku tidak ingin aku berdosa bermain-main dengan
hatinya dan aku juga tidak ingin dia pun berdosa bermain-main dengan hatiku.
Aku pun mengasihinya, aku ingin dia tahu bahwa aku menyerahkan perasaanku ini
kepada Tuhan. Jujur, aku pun tidak sanggup sendiri menanggung hatiku yang
hancur ini.
Aku pernah sekali
menjalani hubungan sebelum dengannya saat ini, tetapi pada waktu itu entah mengapa aku menutup
telingaku dari suara Tuhan. Dan suara Tuhan tidak jelas sampai di hati dan
pikiran aku saat itu. Namun untuk hubungan yang sekarang, aku telah dengan jelas mendengar teguran Tuhan
lewat keluargaku dan tidak mungkin tentu saja jika aku mengabaikanNya hanya
untuk kepuasan dagingku sendiri. Aku tentu tidak ingin mengecewakan Tuhan.
Aku tahu akan ada banyak pihak yang menuding aku buruk, akan ada banyak pihak
yang tidak setuju dengan keputusanku. Tidak apa, bukankah hikmat dari Tuhan
merupakan kebodohan bagi dunia? (1 Korintus 3:19). Aku akan anggap ini sebagai
satu lagi ‘pikulan salib’ dari Tuhan.
Aku dapat merasakan
Tuhan tersenyum melihat keputusanku ini, betapa aku mengambil keputusan yang tidak
mudah dan aku tahu Tuhan pun
merasakan bagaimana sulitnya aku melepaskannya demi kemuliaan Dia yang nyata
dalam hidup aku.
Ya Bapa, aku mengasihinya dan melepaskannya sangat sulit aku
rasakan. Bantu beri aku kekuatan karena aku tidak bisa sendiri dengan
kekuatanku, berikan aku damai dan biarlah Engkau yang menjaga
memulihkan hatinya.
Tepat hari ini, tanggal 15
September 2015, aku melepaskan dia dari hidup aku.